PUPUK NPK LEBIH PRAKTIS DAN EFEKTIF UNTUK TANAMAN

Pupuk NPK

PUPUK NPK LEBIH PRAKTIS DAN EFEKTIF UNTUK TANAMAN

Pupuk NPK memang praktis. Hanya dengan sekali memupuk, tanaman mendapatkan tiga unsur hara sekaligus. Pupuk majemuk ini ternyata juga lebih menguntungkan ketimbang memakai campuran Urea, TSP, dan KCl.
Membuat pupuk majemuk sendiri dengan mencampur urea, TSP, dan KCl lebih ekonomis ketimbang membeli pupuk majemuk yang sudah jadi, seperti NPK misalnya. Hal ini tidak salah. Namun demikian, bukan berarti mencampur pupuk sendiri lebih menguntungkan daripada menggunakan NPK.

Lebih Praktis NPK

Contoh Pupuk NPK Phoska Plus
gambar : cv ray lestari
Selain merepotkan, mencampur pupuk sendiri bukanlah pekerjaan gampang. “Salah campur” malah akan menghasilkan pupuk majemuk yang tidak berguna karena unsur-unsurnya saling bereaksi. Bila hal ini terjadi, unsur hara akan saling terikat kuat atau malah lepas ke udara. Kedua hal ini akan berakibat sama, yaitu tanaman tidak dapat dimanfaatkannya.

Pertimbangan lain, pupuk campuran sendiri kebanyakan tidak bisa disimpan lama. Sebab, urea yang sering dipakai sebagai sumber nitrogen bersifat sangat higroskopis. Campuran pupuk tersebut dipastikan akan cepat menggumpal dan memadat. Selain menjadi sulit ditaburkan, dosis yang tepat juga sulit ditetapkan. Jika urea diganti dengan ZA, sumber nitrogen lain yang tidak higroskopis, reaksi tanah malah berubah menjadi masam. Tanah semacam ini jelas bukan termasuk golongan tanah ideal untuk bertanam.

Gudang Pupuk
Mengingat berbagai risiko tersebut, kalangan hobiis tanaman umumnya menganggap lebih praktis membeli pupuk NPK komersial daripada mencampur pupuk sendiri. Lain halnya di kalangan petani. Dengan alasan agar lebih ekonomis, mereka lebih suka memakai kombinasi pupuk tunggal untuk memupuk tanamannya.

Lebih Menguntungkan
Kendati kombinasi pupuk tunggal lebih murah, namun aplikasinya belum tentu menghasilkan keuntungan marginal lebih besar daripada pemakaian pupuk NPK. Hal ini telah terbukti melalui beberapa penelitian pada beberapa tanaman hortikultura.

Terhadap tanaman kentang, misalnya. Penggunaan pupuk NPK (23-23-0; 12-21-19; 20-11-11) nyata meningkatkan hasil, mutu dan nilai gizi kentang yang dipanen. Keuntungan bersih marginal memakai kombinasi pupuk urea, TSP, dan KCl yang semula Rp. 1672,30, menjadi Rp. 1626,52 bila memakai pupuk NPK. Tingkat pengembalian marginal yang semula 485 persen pun berubah menjadi 785 persen. Artinya, jika biaya pupuk dan tenaga kerja naik 1 persen, keuntungan bersih akan meningkat sebesar 7,85 persen.

Demikian pula hasil penelitian pada tanaman jagung. Meskipun rata-rata hasil yang didapat di tiap lokasi penelitian cukup bervariasi, namun hasil petak yang dipupuk NPK (16-16-16; 15-15-15; 20-11-11) dan DAP lebih tinggi dibandingkan yang dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl dengan takaran sesuai anjuran setempat. Dari pengujian di Nusa Tenggara Barat, dengan pupuk NPK didapat panenan berkisar 21,14 – 29,04 ku/ha, sedangkan dengan urea, TSP, dan KCl hasilnya 21,13 ku/ha.

Penelitian lainnya pada tanaman padi gogo. Hasil petakan yang dipupuk NPK (16-16-16; 20-11-11; 12-21-19; dan 14-9-20) ternyata juga lebih tinggi daripada yang dipupuk urea, TSP, dan KCl. Pada penelitian yang dilakukan di Kabupaten Sumbawa itu, didapat panenan padi gogo berkisar 47,30-50,99 ku/ha. Sementara petakan yang dipupuk dengan urea, TSP, dan KCl 41,06 ku/ha.

Agar efisiensi NPK tinggi
Hal-hal yang perlu diwaspadai dalam penggunaan pupuk NPK ialah bila aplikasinya dilakukan di tanah dengan pembatas kelarutan dan kejenuhan unsur alumunium yang tinggi, derajat keasaman tanah tidak sesuai dengan persyaratan tanaman yang diusahakan, dan tanah kurang mengandung unsur mikro. Di tanah-tanah bermasalah semacam ini, efisiensi pupuk majemuk umumnya berkurang. Untuk itu, agar efisiensinya tetap tinggi, aplikasi pupuk NPK dianjurkan hanya dilakukan di tanah-tanah yang subur dan sesuai dengan tuntutan tanaman.